Senin, 22 Juni 2009

PERUBAHAN PUPIL CYCLE TIME PADA PENDERITA GLAUKOMA SIMPLEKS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Saat ini penduduk Negara Indonesia adalah ± 210 juta orang dengan usia

harapan hidup 62 tahun untuk pria dan 65 tahun untuk wanita. Pertambahan

adalah 1,6 % pertahun maka pada akhir tahun 2010, penduduk Negara Republik

Indonesia akan mencapai 250 juta orang.1

Glaucoma simplex cenderung meningkat, pada usia diatas 40 tahun, jadi

dengan peningkatan usia harapan hidup, prevalensinya cenderung meningkat.2,3,4

glaucoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia dengan prevalensi

0,4%. Deteksi dini terhadap glaucoma sangat penting mengingat perjalanannya

yang sangat progresif lambat berupa “optic neuropatyh” dan cenderung

asimtomatik.2,3,4

Pada glaucoma simplex visus sentral masih baik walaupun kerusakan

akson sudah mencapai 40%.2,3 Kerusakan akson tersebut diawali oleh gangguan

transport protein lewat akson akibat tekanan intraokuler yaitu secara mekanis

maupun vaskuler.2,3,5 Apabila gangguan ini bersifat kronis akan mengakibatkan

kematian sel gangglion pada seluruh lapisan retina.2,3

Sel gangglion adalah awal dari perjalanan syaraf di mata baik untuk

penglihatan maupun rangsangan pupil, maka manifestasi dari kerusakan sel

gangglion ini berupa penurunan fungsi pupil dan penurunan lapangan pandang.6,7

Glaucoma simplex dapat dideteksi dengan melihat proses perjalanan syaraf yang

terganggu tersebut.7 Salah satunya adalah dengan melihat pupil cycle time,

untuk menilai kerusakan sel gangglion di retina. Dimana pada glaucoma simplex

hal ini terjadi terutama kerusakan akson pada daerah sentral.2,5,8 Masih

sedikitnya data yang menunjukkan perubahan pupil cycle time pada penderita

glaucoma simplex membuat peneliti ingin melakukan penelitian terhadap

penderita glaucoma simplex. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian