BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Saat ini penduduk Negara
harapan hidup 62 tahun untuk pria dan 65 tahun untuk wanita. Pertambahan
adalah 1,6 % pertahun maka pada akhir tahun 2010, penduduk Negara Republik
Glaucoma simplex cenderung meningkat, pada usia diatas 40 tahun, jadi
dengan peningkatan usia harapan hidup, prevalensinya cenderung meningkat.2,3,4
glaucoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia dengan prevalensi
0,4%. Deteksi dini terhadap glaucoma sangat penting mengingat perjalanannya
yang sangat progresif lambat berupa “optic neuropatyh” dan cenderung
asimtomatik.2,3,4
Pada glaucoma simplex visus sentral masih baik walaupun kerusakan
akson sudah mencapai 40%.2,3 Kerusakan akson tersebut diawali oleh gangguan
transport protein lewat akson akibat tekanan intraokuler yaitu secara mekanis
maupun vaskuler.2,3,5 Apabila gangguan ini bersifat kronis akan mengakibatkan
kematian sel gangglion pada seluruh lapisan retina.2,3
Sel gangglion adalah awal dari perjalanan syaraf di mata baik untuk
penglihatan maupun rangsangan pupil, maka manifestasi dari kerusakan sel
gangglion ini berupa penurunan fungsi pupil dan penurunan lapangan pandang.6,7
Glaucoma simplex dapat dideteksi dengan melihat proses perjalanan syaraf yang
terganggu tersebut.7 Salah satunya adalah dengan melihat pupil cycle time,
untuk menilai kerusakan sel gangglion di retina. Dimana pada glaucoma simplex
hal ini terjadi terutama kerusakan akson pada daerah sentral.2,5,8 Masih
sedikitnya data yang menunjukkan perubahan pupil cycle time pada penderita
glaucoma simplex membuat peneliti ingin melakukan penelitian terhadap
penderita glaucoma simplex. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian