Senin, 22 Juni 2009

STRATEGI PENANAMAN NILAI NILAI AKLAQ PADA SISWA MTsN II KEDIRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derasnya arus perubahan, gelombang globalisasi dan trend semakin menambah kekhawatiran pada merosotnya akhlaq bangsa Indonesia, kususnya bagi generasi muda dan masa depan bangsa. Derasnya dampak negatif arus globalisasi yang melanda bertubi-tubi kesegala penjuru lapisan jauh tidak seimbang dibandingkan dengan usaha pendidikan selama ini dalam menanggulangi dampak negatif yang muncul akibat globalisasi itu sendiri. Belum seimbangnya antara dampak yang ditimbulkan oleh arus globalisasi dengan usaha perbaikan pendidikan tersebut telah banyak mempengaruhi perkembangan dan kehidupan masyarakat secara meluas.

Pada dasarnya usaha penyeimbangan antara mutu pendidikan dengan perkembangan globalisasi saat ini dirasakan sangatlah penting, hal ini dikarenakan pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting didalam kehidupan manusia, disamping itu sangatlah jelas disebabkan pendidikan itu sendiri merupakan bentuk dari, kebudayaan masyarakat, semakin tinggi budaya suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula penghargaan terhadap pendidikan, dengan begitu jelaslah bagaimana pentingnya pendidikan dalam kehidupan kita, begitu pentingnya pendidikan sehingga setiap negara mencanangkan program pendidikan secara tersruktur dan terorganisir sedemikian rupa. Indonesia yang merupakan negara yang menjunjung tinggi budaya, juga sangat memperhatikan masalah pendidikan, hal tersebut bisa kita jumpai dalam pembentukan Undang-undang yang mengatur tentang pendidikan, yang tertuang dalam UU No.20 SISDIKNAS 2003, dimana didalamnya tertuang 22 BAB, dengan 77 pasal yang kesemuanya mengatur tentang pendidikan, meskipun pada kenyataannya usaha bangsa kita selama ini belum terealisasi dengan baik, atau secara maksimal.

Secara garis besar peran pendidikan sangtlah penting dalam menentukan arah kehidupan bangsa, kususnya pendidikan agama, hal tersebut dikarenakan dari pada fungsi pendidikan agama itu sendiri, diantaranya :

  1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Alloh SWT yang ditanamkan dalam kehidupan keluarga
  2. Penanaman nilai , sebagai pedoman hidup dalam mencari hakikat kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat
  3. Penyesuaian mental sebagai sarana untuk menyesuaiakn diri dengan lingkungan dan kehidupan masyarakat baik fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam
  4. Perbaikan memperbiki berbagai kesalahan maupun kekurangan peserta didik dalam berkeyakinan, memahami dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari hari
  5. Pencegahan yaitu sebagai benteng dari pemahaman ataupun hal-hal yang bersifat negatif yang dapat mambahayakan dan menghambat dalam perkembangan menuju manusia yang seutuhnya
  6. Pengajaran sebagai acuan tentang pengetahuan keagamaan secara mendalam
  7. Penyaluran yaitu sebagai penyaluran bakat perkembangan keagamaan peserta didik
  8. Kontrol social sebagai pengontrol perkembangan social anak sehingga tetap berjalan pada garis keagamaan yang benar.

Secara garis besar pendidikan Agama Islam memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan pendidikan yang lain hal tersebut bukan hanya terletak pada kekasan metode saja akan tetapi meliputi berbagai aspek, diantaranya aspek dari isi materi itu sendiri, kesemuanya itu dapat diidentifikasi melalui salah satunya dari karakteristik pendidikan agama itu sendiri yang meliputi beberapa hal, diantaranya :

  1. Pendidikan Agama Islamberusaha menjaga akhidah peserta didik agar selalu tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun
  2. PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al Hadist serta kemurnian keduanya sebagai sumber utama ajaran islam
  3. PAI menonjolkan keterpaduan ilmu, iman, dan amal dalam keseharian
  4. PAI berusaha membentuk dan mengembangkan manusia yang soleh beraklhak mulia, baik secara individu maupun sosial
  5. PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangn ipteks dan budaya serta aspek kehidupan lainnya
  6. Subtansi yang terkandung dalam PAI adalah entitas-entitas yang bersifat rasional maupun supra rasional
  7. PAI berusah menggali dan mengambil manfaat dari sejarah dan kebudayaan islam yang telah lampau
  8. Dalam perkembangannya, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran.

Apabila dikaji dengan seksama tujuan yang paling utama dari pada Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia yang berakhlaq baik kepada Tuhan, sesama manusia, alam, dan lingkungan sekitar, serta lebih jauhlagi adalah kepada semua makhluq yang ada. Keberadan esensial tujuan ini merupakan sesuatu yang harus tercapi dan terlaksana, hal tersebut dikarenakan apa bila seluruh manusia berakhlag terhadap beberapa unsure diatas maka terbentuklah keseimbanga lingkungan, dalam artian bahwa akhlaq merupakan landasan paling utama dalam membentuk masyarakat yang seimbang dan kondunsif.

Perbaikan akhlaq merupakan sebuah misi yang paling utama yang dilkukan oleh seluruh utusan Alloh SWT, yang terutama oleh Nabi Muhammad SAW hal tersebut sangatlah jelas dalam sebuah hadis yang artinya “sesungguhnya aku diutus kemuka bumi ini hanyamenyempurnakan akhlak” esensial yang paling menonjol dalam kutipan hadis diatas adalah perbaikan akhlaq yang diawali oleh diutusnya Nabi Adam sampai Nabina Muhammad SAW, yang mana menunjukkan adanya sesuatu yang sangt penting dari keberadaan akhlak itu sendiri, bahkan seorang ulama’ terkenal mengatakan akhlaq merupaka mutiara yang dimiliki oleh seorang manusia, semakin mutiara tersebut digosok dengan keimanan dan ilmu maka akan semakin memancarkan cahaya yang menyilaukan, dan apa bila mutiara tersebut dibiarkan tanpa digosok maka semakin lama akan pudar kemilaunya[1], begitu pentingnya pengaruh Akhlaq manusia terhadap kelangsungan kehidupan inilah maka islam berusah semaksimal mungkin agar semua umat memiliki akhlaq yang sesuai dengan tuntunan Rosululloh

Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber paling utama dalam membentuk akhlaq yang mulia, memberiakn solusi yang dapat dipakai dalam rujukan membenmtuk metode pembelajaran akhlaq itu sendiri, sehingga dalam pengertian yang lain salah seorang tokoh bangsa ini mengatakan betapa pentingnya alquran dan hadits dalm membentuk akhlaq seseorang, dimana ketika seseorang menginginkan perubahan akhlaq yang buruk menuju kepada yang lebih baik maka jalan satu satunya adalah melihat alquran dan hadits dan ketika seseorang menginginkan akhlaqnya semakin buruk maka tinggalkan Al-Qur’an dan Hadist [2].

Lebih jauh lagi akhlaq juga sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan bangsa ini , dalam artian semakin akhlaq manusia Indonesia ini memiliki akhlaq yang sempurna menurut islam maka kemakmuran akan dapat dicapai dengan mudah, akan tetapii untuk itu akan membutuhkan waktu dan ruang yang cukup lama, karena pembbenahan akhlaq akan berhasil apa bila dimulai dengan sendiri dan dari hal yang paling kecil.

Penanaman nilai-nilai akhlaq yang dipandang sangat perlu dilakukan sejak usia anak masih dini tentulah akan membawa dampak yang sangat positif terhadap perkembangan akhlaq, hal tersebut dikarenakan ketika seorang anak masih dalam usia dini maka setiap sesuatu yang masuk akan membekas lama dalam diri anak tersebut, hal ini sesuai dengan doktrin aliran empirisme tentang “ tabula rasa “, dimana seorang anak diibaratkan sebuah batu tulis kosong atau sebuah kertas kosong yang dapat ditulisi kapan saja. usia anak pada masa MTs ataupun SMP merupakan fase perkembangan remaja atau lebih cenderung dapat dikatakan sebagai fase sub-perkembangan prepuber[3], yang hal ini mempunyai arti bahwa pada usia anak mencapai tingkat SMP atau MTs mmerupakan peralihan dari dari fase anak-anak menuju fase dewasa. Yang apa bila dikaji dengan seksama usaha untuk menanamkan nilai nilai akhlaq yang baik pada anak tersebut membutuhkan metode dan strategi yang sangat matang, mengingat semakin banyaknya kendala yang menghadang dalam proses penanaman, yang mana kendala tersebut sangat terkait dengan kehidupan anak dalam keseharian baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti contoh kecil adalah :

1. Semakin berkembangnya budaya budaya yang secara tidak sadar dapat mempengaruhi anak dalam perkembangan aklaq, yang hal tersebut justru berulang ulang disampaikan kepada anak ( acara televisi, iklan iklan yang tidak mendidik, dan lain sebagainya ),

2. Permasalahan yang lain adalah perkembangan politik yang diaplikasikan dengan kebijakan kebijakan pemerintah yang semakin tidak menentu dimana fungsi dan manfaat kebijakan tersebut sebenarnya mengarah langsung pada manfaat perkembangan anak atau generasi mendatang ( masih setengah setengahnya pembahasan pemerintah dan wakil rakyat terhadap RUU Pornografi dan Pornoaksi),

3. Perubahan alam yang tidak dapat disangka-sangka mengakibatkan bencana yang bertubi tubi membawa perkembangan emosional seorang anak akan terganggu meskipun tidak merasakan dampak adanya bencana tersebut secara langsung,

4. Pertumbuhan dan perkembangan informasi dan alat alatnya mengakibatkan munculnya berbagai dampak yang aktif dalam berubahan sikap dan perilaku anak.

Begitu pentingnya penanaman nilai-nilai akhlaq pada masyarakat terlebih pada generasi mendatang mengingat berbagai permasalahan inilah, dan dengan berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang STRATEGI PENANAMAN NILAI NILAI AKLAQ PADA SISWA MTsN II KEDIRI

Dimana MTsN Kediri II merupakan madrasah lanjutan tingkat pertama, dimana keberadaannya sangtalah berpengaruh dalam mengembangan pengetahuan agama dan umum pada tingkat awal, MTsN II Kediri II ini juga merupakan MTs unggulan di kediri bahkan di Jawa Timur ini, hal ini dapat diketahui dari beberapa Prestasi yang diraih oleh siswa siswi MTs, diantaranya juara I olimpiade FISIKA tingkat nasional, disamping itu MTsN Kediri II juga menjadi pemegang NEM tertinggi selama beberapa periode bahkan sampai sekarang.




[1] Ibnu Athoillah. Al-Hikam (Serambi Ilmu Semesta. Jakarta 2004) hlm 85

[2] jawa post edisi maret 2005 hlm 15

[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (: PT Remaja Rosdakarya Bandung 2004) Hlm : 51